Senin, 09 Juni 2014

Posted by Unknown | File under : ,


Hari Ahad, seperti biasa, saya yang Alhamdulillah tidak kosong waktu untuk melakukan hal-hal yang insha Allah berguna dan bisa produktif, dimana lagi jikalau bukan di kampus. Yah, seperti biasa, di hari Ahad itu saya habiskan dan manfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan penelitian. Itulah hari yang tepat untuk saya, melakukan banyak hal, membangun relasi dengan orang-orang visioner, di dalam komunitas tentunya. 

Syukurnya di Makassar, tepatnya di Jurusan Fisika UNM, kampus saya yang ‘tercinta’, dipertemukan oleh mereka yang kusebut orang-orang luar biasa. Di tengah kesibukan jadwal kuliah, di waktu luang masih menempatkan waktu luangnya untuk melakukan hal-hal yang kelak berguna bagi masa depannya. Aamiin Allahumma Aaminn..

Well, kok Judulnya Bulir Rindu untuk Ibu?
Yah, di Ahad sore, sebutlah saya dkk bersama teman sekelas di kelas ICP Fisika, mendadak belajar fisika materi mekanika, mengingat di hari Senin, kita akan final tes untuk mata kuliah yang satu itu. Di separuh waktu kita belajar, HP saya bordering. “My Ummi Sayang” was calling me.
Begitu saya terima, percakapan singkat antara saya dengan Ibu, berlangsung selama kurang lebih 7 menit.

Ibu : Assalamu Alaikum, Nak?
Nurul : Waalaykum salam, Ma.
Ibu : Dimana?
Nurul : Kampus, Ma.
Ibu : Loh, hari Ahad tetap dikampus, harusnya kan, libur, Nak.
Nurul : Hiihihi.. Begitu memang ma, kalau mau bede sukses, tidak boleh buang-buang waktu..
                (Huaaa.. Sok bijak dong..)

Disini saya membayangkan raut wajah ibu yang perhatiannya melebihi perhatiannya siapa pun. Sungguh ibu, anakmu ini rindu.

Ibu : Oh iya nak. Jaga sholatnya, belajar hemat, jangan suka mengeluh. Kalau begitu, kapan pulang ke Bone, nak?

Disini, rasanya air mata mau jatuh. Tapi pada saat itu, lagi sama teman-teman. Kan malu diliatin.. Heheh jadi nangisnya dalam hati saja (memang ada…. Plaaaaaak). Saya membayangkan wajah ibu saya yang sumringah, melihat saya pulang ke rumah. Saya membayangkan ibu saya, yang senang, yang jika saya mengabarkan akan pulang ke rumah, beliau menyiapkan masakan kesukaan saya. Sungguh, Ibu, bulir rinduku untukmu tidak tertahankan. Pertanyaan ‘kapan bisa pulang, Nak’, adalah pertanyaan yang menjadi budaya, acapkali jika beliau menelpon. Maaf ibu, untuk janji-janji saya untuk bisa pulang segera, meski sesaat, belum bisa kulunasi.

Nurul : (sebelum menjawab, berpikir-pikir dulu, sambil liat kalender) Insya Allah, minggu depan, eh, kalau tidak bisa minggu depannya lagi, Ma, kalau tidak bisa,yah minggu depannya minggu depan, hehehhe. Semoga bisa di bulan-bulan depanlah, ma.
Ibu : iye, nak. Kabari saja terus, nah, Jadi ndak jadi lagi di bulan ini, di?

Disini, saya membayangkan ibu yang mungkin agak kecewa, lantaran telah menungguku. Sekali lagi, ibu, saya rindu, tapi, yaa.. bulir rindu untuk ibu.

Nurul : Sepertinya begitumi mama, doata saja selalu, sekarang masa-masa final, ma. Doakan nah ma.
***
Senangnya karena bisa berbincang dengan ibu di sore hari via phone. Ditengah kesibukan seperti ini, Ibu, justru wajah manismu yang selalu terngiang, dan menari-nari dihatiku.

Ya Allahu Rabbi, jagalah ibu-bapakku, biarkan kerinduan mereka saya balas dengan melakukan yang terbaik untuk mereka disini.
Sungguh anak mana yang ingin mengecewakan orangtuanya. Bulir rindu untu ibu, biarlah kusimpan dihati. 
betapa ibu, hasrat untuk segera menemuimu, bercerita segala hal, memasak bersama, adalah beberapa hal yang bertahta di atas kerinduanku.  


Jadilah yang baik untuk ibu Anda (Bukhari, Muslim).

Allahumagfirliyy, waliwalidayya, warhamhumaa, kamaa robbayani shogiraa.

 Love you, Ibu. 
https://www.facebook.com/meirasart/photos

Kamis, 05 Juni 2014

Posted by Unknown |
Bismillah.. Semoga catatan ini memberikan energi positif alias EPOS bagi diri saya pribadi secara khususnya dan bagi kita semua.

*Epos : Istilah ini saya minjem dari seseorang kakak yang baik hatinya, ramah orangnya. (Kak SiRaYu)

Ya Rabbul Jalal.. Isilah segenap hati dan jiwa kami, semangat yang terus menyala, dan senantiasa mengharap keridhaanmu dalam segala hal. Apapun yang kami lakukan, yang kami usahakan, Insha Allah menjadi berkah disisi terbaikMu. Aamiin..



Sebab saya berkeyakinan bahwa sukses dari pribadi kita masing-masing telah tertakar oleh Pencipta dan memang telah tercatat di dalam kitab-Nya. Hanya bagi mereka yang bergerak, tidak mengenal konstan, dan terus menerus dilakukan, untuk mencari titik akhir kesuksesannya itu. 

Mungkin sebagian dari kita, pernah merasakan jatuh, gagal, down, jenuh, dan lain-lain. Tidak bisa dipungkiri, jalan untuk menempuh kesuksesan tidak pernah ada yang mulus-mulus. Beruntunglah, kita mestinya bisa mengambil sisi positif dari situ. Itu pertanda bahwa Allah kita, mempercayakan dan memberi amanah, bahwa masalah-masalah tsb bisa diselesaikan oleh kita.

Jejak para pemilik impian, tidak pernah mengenal kata menyerah. Maka lakukanlah segala cara "positif" yang bisa membuat semangat kita senantiasa menyala.

Bukankah Allah  berfirman dalam QS.Al-Hadid ayat 22-23.
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan dirimu, semuanya telah tertulis di lauh mahfuz sebelum kami mewujudkannya. sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah, agar kamu tidak bersedih hari pada apa yang luput dari mu dan tidak pula terlalu bergembira pada apa yang diberikan Nya pada mu dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri…

Saya pun termasuk salah seorang yang seringkali merasakan seperti ini, Yah, wajar-wajar saja. Banyak pengaruh eks maupun in, yang memungkinkan kita untuk berada pada fase seperti itu. Tapi, saya punya target, visi besar dalam hidup, goals. Saya pemilik beribu-ribu impian. Semangat kemarin, semangat hari ini, semangat teruss..
Dan bahwa menyerah pada keadaan adalah cara terbaik untuk gagal total dalam keseluruhan usaha kita. sekarang Anda tinggal pilih,

Menyerah atau Menambah Semangat?
Gagal atau Sukses?
Jatuh atau Bangkit?

Sekali lagi semangat kemarin, semangat hari ini, semangat terusssss.
Jangan lupa sertakan Allah dalam setiap pekerjaan. Yakin deh, pasti sukses. ;)

3 : 07 am. 7 Sya'ban 1435 H - 5 Juni 2014