Pembuka
hari. Selepas sholat subuh, kicauan burung-burung mengawali pagi. Belum lagi
dedaunan yang hijaunya membuat sejuk dihati. Bunga-bunga merona merekah tumbuh
dengan indah. Semua seakan mampu mewakili indahnya ciptaan-Nya. Subhanallah. Nikmat
Allah sungguh tiada tara. Lantunan doa kupanjatkan untuk menyemangatiku
mengejar impian ditengah asa yang selalu bergejolak. Inilah diriku.
Tanpa sadar, kuperhatikan lamat-lamat sebuah kertas. Sederhana kertas itu, namun isinya sangat membuncah. Selamat Nurul Kusuma Wardani, Anda Lulus Jalur Undangan SNMPTN 2012. Tanpa sadar pula, aku telah melewati berbagai fase kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang tengah berjuang menggapai asa. Di kota ini, Makassar. Ah, aku hanya tertawa dalam hati. Seolah menyaksikan diriku yang sedang sibuk menggeluti dunia kampus. Inilah aku.
Tanpa sadar, kuperhatikan lamat-lamat sebuah kertas. Sederhana kertas itu, namun isinya sangat membuncah. Selamat Nurul Kusuma Wardani, Anda Lulus Jalur Undangan SNMPTN 2012. Tanpa sadar pula, aku telah melewati berbagai fase kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang tengah berjuang menggapai asa. Di kota ini, Makassar. Ah, aku hanya tertawa dalam hati. Seolah menyaksikan diriku yang sedang sibuk menggeluti dunia kampus. Inilah aku.
Menjadi
mahasiswa adalah sebuah kesyukuran bagiku. Mengingat bahwa banyak diantara
saudara kita yang harus melewati berbagai masalah untuk menembus impiannya.
Ketika fisika menjadi pilihanku. Yah begitulah untaian kalimat yang mewakili
perasaanku. Aku. Siapkah aku? Calon pendidik yang akan mentransfer ilmunya
kepada beberapa siswa. Setelah euforia kelulusanku saat itu, aku kembali
merenung tentang arti sebuah pilihan yang dulu kugenggam. Akhirnya, aku
sepakat. I love Physics so much. Aku
telah menjadi mahasiswa. Aku telah siap menghadapi semua, disini.
Berjuta-juta sekon lalu, ketika diriku masih duduk
dikelas 1 SMP. Menjadi Anak Baru Gede (ABG) membuat rasa keingintahuanku
makin menjadi-jadi. Yah, selepas duduk di bangku SD, kondisi sekitar seakan
memaksaku untuk mengikuti rute perjalanan menjadi siswa formal lanjutan.
Pelajaran baru, sebutku. Ah, aku baru kenal. Memang terasa asing bagi diriku.
Pelajaran-pelajaran umum yang dulu kukenal sejak SD hanya Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Muatan Lokal, dan beberapa pelajaran umum lainnya. Selepas
menjadi siswa “Merah Putih”, kulanjutkan impianku lagi. Sekolah Menengah
Pertama. Tradisinya memang seperti itu. Tradisi pendidikan di Indonesia.
Disinilah awal mulanya perkenalanku bersama si Fisika, yakni dikala diriku
telah mengenakan seragam putih biru.
Singkat saja, Fisika telah diperkenalkan kepadaku oleh
salah seorang guru Fisika yang merangkap sebagai wali kelasku. Sebut saja nama
beliau adalah Bu Rabiah. Sosok sederhana memang sudah melekat pada
kepribadiannya. Berkat beliau, aku telah berhasil berkenalan dengan si Fisika.
Namun, aku belum sepenuhnya tertarik dengan Fisika. Hingga melalui
ketidaktertarikanku, kucoba untuk terus mengasah semua elemen-elemen batin ini.
Fisika? Apa sih itu Fisika? Mengapa harus Fisika? Seberapa penting Fisika? Apa
Fisika itu hanya kumpulan rumus-rumus yang dirancang sebergitu rumitnya? Inilah
draft pertanyaan yang menghantui namun tidak terlalu menakutkan batinku.
Aku merasa belum menemukan esensi Fisika sebenarnya. Aku
belum mampu menjelaskan pertanyaan apa lagi yang akan muncul. Kali ini, aku
hanya mampu menerawang kulit-kulit Fisika. Hingga pada suatu ketika, Bu Rabiah memanggilku dalam ruangannya. Aku terbata-bata. Tak mampu
berkata-kata. Hanya melongo, ketika Bu Rabiah memintaku untuk menjadi delegasi Olimpiade
Fisika Tingkat Kabupaten.
Singkat waktu, sejak saat itulah aku mulai mendalami Fisika. Runtutan
rumus-rumus telah menggerogoti batinku. Meski ini hanya sebatas pengetahuan
siswa SMP saja. Terhitung 3 kali aku mengikuti even Olimpiade Sains Fisika
Tingkat Kabupaten, namun tak satupun diantaranya membawaku untuk bisa menembus
dimensi yang lebih dari sekadar menjadi peserta olimpiade. Aku kecewa. Aku
malu. Kepada mereka yang telah memberiku kepercayaan. Namun yang terbesit hanya
rasa bersalah. Apa ini takdir? Ataukah Allah SWT.punya rencana luar biasa dari
kegagalan-kegalanku ini. Berada di atmosfir olimpiade ini, membuatku menjadi
lebih mengerti tentang arti dari menembus dimensi impian. Inilah kenangan yang
melayang pada masa SMP. Biarlah!
Memasuki SMA, aku mulai lagi berusaha menembus dimensi tersebut. Fisika!
Masa inilah adalah masa dimana ketika aku maerasa semakin kecil diantara
orang-orang rupanya, Fisika berhasil
masuk ke inti hatiku, seakan masuk dan menyapa hatiku, menembus dinding-dinding
sel otakku, serta menelusuri jalan-jalan pikiranku untuk terus mendalami.
Sesekali rasa bosan muncul jika sudah tak mampu lagi mengerjakan soal-soal
rumit. Di masa SMA inilah, kulanjutkan semua impian-impian kecilku untuk
menjadi maestro of Physics. Dan akhirnya,
lika-liku mengiringi perjalananku untuk menembus batas kecil untuk dimensi
tanpa batas yakni, menjadi Juara III Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten. Akh,
aku percaya ini. Usaha akan selalu berbanding lurus dengan gaya. Analoginya
seperti ini, usaha dalam artian usaha kita dalam mencapai suatu keberhasilan
akan menghasilkan gaya atau cita yang besar pula. Untuk menjadi pemenang
berkualitas haruslah bijak memaknai kegagalan sebelumnya. Seperti Thomas Alfa
Edison, yang berhasil menyingkirkan 999 kegagalan untuk mendapatkan 1 buah
kesuksesan luar biasa. Usaha!
Selamat! Nurul Kusuma Wardani
sebagai peraih Medali Emas dalam ajang Olimpiade Nasional – Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
tingkat Nasional. Kusaksikan sendiri diriku, menerima piala dan juga hadian
dari pihak penyelenggara kegiatan. Sorot kamera mendekatiku, bahkan pers pun
dengan setia menungguku untuk diwawancarai. Terlihat beberapa kerabat, senyum
merona menyaksikanku. Perlahan terbangun dan ketika membuka mata yang tertutup,
ternyata ini hanyalah sebuah mimpi belaka. Ini impianku. Berkat impian inilah, yang terus
membakar semangatku, untuk menembus segala dimensi. Tanpa batas!
Aku segera sadar. Bahwa tadi, hanyalah sebuah mimpi yang selalu
dibangun, dinyalakan, dan diilustrasikan lewat mimpi. Ini adalah cambuk untuk
menembus dimensi tanpa batas! Aku telah menulis 103 impian diatas kertas yang
kini sudah tampak buram. Fisika, telah mampu menggubahku. Aku salut dengan
berbagai tokoh-tokoh dan ilmuwan lainnya yang telah berhasil meraih nobell penemuan,
dan lain-lain sebagainya. Hari-hariku kini, selalu bertemu dengan Fisika. Impian!
International Class of Physics (ICP). Aku kini seorang mahasiswi jurusan ICP A of Physics. Aku pun mulai mendalami
betul-betul fisika. Meski banyak tantangan, banyak halangan, dan masalah yang
mengiringi. Aku sungguh mencintai Fisika ini. Pengetahuanku bak air yang
mengalir. Fisika, yang dulunya hanya kukenal dengan rumus-rumus belaka dan tak
mampu kunalari apa esensi dari rumus itu. Kini, paradigmaku berubah. Fisika
ternyata mampu membawaku, untuk menuju dimensi tanpa batas. Fisika mampu
mendorongku untuk mengetahui segala sesuatu tentang bumi dan seisinya. Tak
hanya itu, Fisika memberiku ilham untuk terus mendalaminya.
Ketika Fisika menjadi pilihanku. Fisika akan kugelati dan pada akhirnya akan kutemui
titik terang dimensinya. Kini, jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku ketika
menjadi siswa yang lugu kala itu telah terjawab. Mengapa harus berfisika?
Fisika, yah. Aku perlahan melakukan pendekatan dengannya. Mencintai Fisika.
Rahasia kuantum, rahasia terdahsyat yang dimiliki Fisika telah mengubah
paradigmaku untuk terus menggapai impian. Karena Fisika adalah Dimensi Tanpa
Batas! Fisika, Fisika, Fisika!
Aku berharap, apa yang telah menjadi pilihanku ini mampu memberikan
kontribusi untuk semua. Aku ingin menjadi yang terbaik. Aku akan menekuni dunia
fisika. Fisikalah yang menambah cinta kepada pencipta, Fisikalah yang
memberikan kita nilai-nilai kehidupan. Fisikalah yang terus membakar
semangatku, untuk menemus dimensi tanpa batas.
Disebuah perjalanan pulang, di tengah hiruk pikuk kota besar, kesunyian
menyusupi, membentuk semua renungan. Demi orang-orang disekitarku, demi mereka
yang mengenalku. Aku akan terus berusaha untuk membanggakan mereka. Here!
membaca tulisan ini saya teringat dengan beberapa impian waktu SMA memang terlihat mustahil waktu itu, tp Alhamdulillah sekarang sebagian besar telah tercapai, sisanya akan saya wujudkan bulan depan, semester depan, tahun depan, atau beberapa tahun kedepan,yang jelas saya akan wujudkan mimpi itu..
BalasHapusterus bermimpi karena tiada kesuksesan tanpa impian...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSubhanalloh.. Kak Iccank, makasih :D
BalasHapusKadang terbesit raguku, tidak yakinka dengan kemampuanku. Tapi, Insya Allah, akan kugenggam baik-baik impianku :D