Selasa, 18 Juni 2013

Posted by Unknown | File under : , , ,
Pembuka hari. Selepas sholat subuh, kicauan burung-burung mengawali pagi. Belum lagi dedaunan yang hijaunya membuat sejuk dihati. Bunga-bunga merona merekah tumbuh dengan indah. Semua seakan mampu mewakili indahnya ciptaan-Nya. Subhanallah. Nikmat Allah sungguh tiada tara. Lantunan doa kupanjatkan untuk menyemangatiku mengejar impian ditengah asa yang selalu bergejolak. Inilah diriku. 

Tanpa sadar, kuperhatikan lamat-lamat sebuah kertas. Sederhana kertas itu, namun isinya sangat membuncah. Selamat Nurul Kusuma Wardani, Anda Lulus Jalur Undangan SNMPTN 2012. Tanpa sadar pula, aku telah melewati berbagai fase kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang tengah berjuang menggapai asa. Di kota ini, Makassar. Ah, aku hanya tertawa dalam hati. Seolah menyaksikan diriku yang sedang sibuk menggeluti dunia kampus. Inilah aku.
  
Menjadi mahasiswa adalah sebuah kesyukuran bagiku. Mengingat bahwa banyak diantara saudara kita yang harus melewati berbagai masalah untuk menembus impiannya. Ketika fisika menjadi pilihanku. Yah begitulah untaian kalimat yang mewakili perasaanku. Aku. Siapkah aku? Calon pendidik yang akan mentransfer ilmunya kepada beberapa siswa. Setelah euforia kelulusanku saat itu, aku kembali merenung tentang arti sebuah pilihan yang dulu kugenggam. Akhirnya, aku sepakat. I love Physics so much. Aku telah menjadi mahasiswa. Aku telah siap menghadapi semua, disini.


Berjuta-juta sekon lalu, ketika diriku masih duduk dikelas 1 SMP. Menjadi Anak Baru Gede (ABG) membuat rasa keingintahuanku makin menjadi-jadi. Yah, selepas duduk di bangku SD, kondisi sekitar seakan memaksaku untuk mengikuti rute perjalanan menjadi siswa formal lanjutan. Pelajaran baru, sebutku. Ah, aku baru kenal. Memang terasa asing bagi diriku. Pelajaran-pelajaran umum yang dulu kukenal sejak SD hanya Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Muatan Lokal, dan beberapa pelajaran umum lainnya. Selepas menjadi siswa “Merah Putih”, kulanjutkan impianku lagi. Sekolah Menengah Pertama. Tradisinya memang seperti itu. Tradisi pendidikan di Indonesia. Disinilah awal mulanya perkenalanku bersama si Fisika, yakni dikala diriku telah mengenakan seragam putih biru.


Singkat saja, Fisika telah diperkenalkan kepadaku oleh salah seorang guru Fisika yang merangkap sebagai wali kelasku. Sebut saja nama beliau adalah Bu Rabiah. Sosok sederhana memang sudah melekat pada kepribadiannya. Berkat beliau, aku telah berhasil berkenalan dengan si Fisika. Namun, aku belum sepenuhnya tertarik dengan Fisika. Hingga melalui ketidaktertarikanku, kucoba untuk terus mengasah semua elemen-elemen batin ini. Fisika? Apa sih itu Fisika? Mengapa harus Fisika? Seberapa penting Fisika? Apa Fisika itu hanya kumpulan rumus-rumus yang dirancang sebergitu rumitnya? Inilah draft pertanyaan yang menghantui namun tidak terlalu menakutkan batinku.


Aku merasa belum menemukan esensi Fisika sebenarnya. Aku belum mampu menjelaskan pertanyaan apa lagi yang akan muncul. Kali ini, aku hanya mampu menerawang kulit-kulit Fisika. Hingga pada suatu ketika, Bu Rabiah memanggilku dalam  ruangannya. Aku terbata-bata. Tak mampu berkata-kata. Hanya melongo, ketika Bu Rabiah memintaku untuk menjadi delegasi Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten.


Singkat waktu, sejak saat itulah aku mulai mendalami Fisika. Runtutan rumus-rumus telah menggerogoti batinku. Meski ini hanya sebatas pengetahuan siswa SMP saja. Terhitung 3 kali aku mengikuti even Olimpiade Sains Fisika Tingkat Kabupaten, namun tak satupun diantaranya membawaku untuk bisa menembus dimensi yang lebih dari sekadar menjadi peserta olimpiade. Aku kecewa. Aku malu. Kepada mereka yang telah memberiku kepercayaan. Namun yang terbesit hanya rasa bersalah. Apa ini takdir? Ataukah Allah SWT.punya rencana luar biasa dari kegagalan-kegalanku ini. Berada di atmosfir olimpiade ini, membuatku menjadi lebih mengerti tentang arti dari menembus dimensi impian. Inilah kenangan yang melayang pada masa SMP. Biarlah!


Memasuki SMA, aku mulai lagi berusaha menembus dimensi tersebut. Fisika! Masa inilah adalah masa dimana ketika aku maerasa semakin kecil diantara orang-orang  rupanya, Fisika berhasil masuk ke inti hatiku, seakan masuk dan menyapa hatiku, menembus dinding-dinding sel otakku, serta menelusuri jalan-jalan pikiranku untuk terus mendalami. Sesekali rasa bosan muncul jika sudah tak mampu lagi mengerjakan soal-soal rumit. Di masa SMA inilah, kulanjutkan semua impian-impian kecilku untuk menjadi maestro of Physics. Dan akhirnya, lika-liku mengiringi perjalananku untuk menembus batas kecil untuk dimensi tanpa batas yakni, menjadi Juara III Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten. Akh, aku percaya ini. Usaha akan selalu berbanding lurus dengan gaya. Analoginya seperti ini, usaha dalam artian usaha kita dalam mencapai suatu keberhasilan akan menghasilkan gaya atau cita yang besar pula. Untuk menjadi pemenang berkualitas haruslah bijak memaknai kegagalan sebelumnya. Seperti Thomas Alfa Edison, yang berhasil menyingkirkan 999 kegagalan untuk mendapatkan 1 buah kesuksesan luar biasa. Usaha!


Selamat! Nurul Kusuma Wardani sebagai peraih Medali Emas dalam ajang Olimpiade Nasional – Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam tingkat Nasional. Kusaksikan sendiri diriku, menerima piala dan juga hadian dari pihak penyelenggara kegiatan. Sorot kamera mendekatiku, bahkan pers pun dengan setia menungguku untuk diwawancarai. Terlihat beberapa kerabat, senyum merona menyaksikanku. Perlahan terbangun dan ketika membuka mata yang tertutup, ternyata ini hanyalah sebuah mimpi belaka. Ini impianku. Berkat impian inilah, yang terus membakar semangatku, untuk menembus segala dimensi. Tanpa batas!


Aku segera sadar. Bahwa tadi, hanyalah sebuah mimpi yang selalu dibangun, dinyalakan, dan diilustrasikan lewat mimpi. Ini adalah cambuk untuk menembus dimensi tanpa batas! Aku telah menulis 103 impian diatas kertas yang kini sudah tampak buram. Fisika, telah mampu menggubahku. Aku salut dengan berbagai tokoh-tokoh dan ilmuwan lainnya yang telah berhasil meraih nobell penemuan, dan lain-lain sebagainya. Hari-hariku kini, selalu bertemu dengan Fisika. Impian!


International Class of Physics (ICP). Aku kini seorang mahasiswi jurusan ICP A of Physics. Aku pun mulai mendalami betul-betul fisika. Meski banyak tantangan, banyak halangan, dan masalah yang mengiringi. Aku sungguh mencintai Fisika ini. Pengetahuanku bak air yang mengalir. Fisika, yang dulunya hanya kukenal dengan rumus-rumus belaka dan tak mampu kunalari apa esensi dari rumus itu. Kini, paradigmaku berubah. Fisika ternyata mampu membawaku, untuk menuju dimensi tanpa batas. Fisika mampu mendorongku untuk mengetahui segala sesuatu tentang bumi dan seisinya. Tak hanya itu, Fisika memberiku ilham untuk terus mendalaminya.


Ketika Fisika menjadi pilihanku. Fisika akan kugelati dan pada akhirnya akan kutemui titik terang dimensinya. Kini, jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku ketika menjadi siswa yang lugu kala itu telah terjawab. Mengapa harus berfisika? Fisika, yah. Aku perlahan melakukan pendekatan dengannya. Mencintai Fisika. Rahasia kuantum, rahasia terdahsyat yang dimiliki Fisika telah mengubah paradigmaku untuk terus menggapai impian. Karena Fisika adalah Dimensi Tanpa Batas! Fisika, Fisika, Fisika!


Aku berharap, apa yang telah menjadi pilihanku ini mampu memberikan kontribusi untuk semua. Aku ingin menjadi yang terbaik. Aku akan menekuni dunia fisika. Fisikalah yang menambah cinta kepada pencipta, Fisikalah yang memberikan kita nilai-nilai kehidupan. Fisikalah yang terus membakar semangatku, untuk menemus dimensi tanpa batas.


Disebuah perjalanan pulang, di tengah hiruk pikuk kota besar, kesunyian menyusupi, membentuk semua renungan. Demi orang-orang disekitarku, demi mereka yang mengenalku. Aku akan terus berusaha untuk membanggakan mereka. Here!



3 komentar:

  1. membaca tulisan ini saya teringat dengan beberapa impian waktu SMA memang terlihat mustahil waktu itu, tp Alhamdulillah sekarang sebagian besar telah tercapai, sisanya akan saya wujudkan bulan depan, semester depan, tahun depan, atau beberapa tahun kedepan,yang jelas saya akan wujudkan mimpi itu..

    terus bermimpi karena tiada kesuksesan tanpa impian...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Subhanalloh.. Kak Iccank, makasih :D
    Kadang terbesit raguku, tidak yakinka dengan kemampuanku. Tapi, Insya Allah, akan kugenggam baik-baik impianku :D

    BalasHapus